Audisi Ramadan

Aboy Maulana (Ketua Ikatan Keluarga Pondok Modern Gontor Kab Bekasi)--karawangbekasi.disway.id
Oleh ; Aboy Maulana (Ketua Ikatan Keluarga Pondok Modern Gontor Kab Bekasi)
ALLAH SWT memiliki banyak cara untuk menjadikan manusia mencapai derajat takwa. Salah satu dari cara tersebut adalah dengan diwajibkannya puasa di bulan Ramadan sebagaimana tercermin dalam Q.S. al-Baqarah[2]:183. Bagi kaum muslimin, puasa Ramadan merupakan media penggodogan diri, karantina hawa nafsu, pencucian jiwa sekaligus sebagai lahan metamorfosis agar manusia terlahir kembali dengan segenap fitrahnya. Maka dari itu, tidaklah mengherankan jika bulan Ramadan merupakan bulan yang sangat istimewa. Bulan yang penuh dengan keberkahan, pengampunan dosa, dibelenggunya setan, dibukanya pintu-pintu surga, adanya pelipatgandaan pahala, serta malam lailatul qadar-malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Keistimewaan bulan Ramadan telah menjadikan umat Islam bersegera dan berlomba-lomba dalam berbagai ibadah dan kebaikan. Baik ibadah yang wajib maupun yang sunah. Ramadan merupakan kesempatan yang datang setahun sekali untuk meraih apa yang terkandung di dalamnya. Semua berlomba untuk meraih rida, pahala dan pengampunan dari Allah SWT. Jika diibaratkan, Ramadan merupakan sebuah audisi dalam kehidupan. Audisi yang bertujuan menghasilkan para juara yaitu mereka yang berhak menyandang gelar takwa (muttaqin). Sebuah gelar prestius bagi kaum muslimin yang akan menjadikan mereka bahagia dunia dan akhirat.
Audisi Ramadan ini diikuti oleh berbagai golongan orang dengan tingkat keimanan yang beragam. Semua diperkenankan untuk mengikuti ajang audisi ini tanpa membedakan status sosial maupun tingkat keimanan (Ustaz, pelajar, orang biasa, pejabat, atau Kiai). Semuanya memiliki kans yang sama untuk menjadi juara (muttaqin). Berbagai peraturan, ketentuan dan petunjuk telah dijelaskan dalam banyak ayat dan hadis Nabi Muhammad SAW terkait audisi ini. Semua peserta wajib mentaati dan melaksanakan sebagaimana tertera dalam syariat dengan landasan Alquran dan Assunnah. Pada akhirnya Allah SWT hanya akan memberikan gelar takwa kepada mereka yang memiliki daya juang dan konsistensi tinggi dalam beribadah berlandaskan imánan waḥtisában. Bagi mereka yang gagal, maka mereka hanya akan menjadi orang yang merugi. Adapun beberapa ciri yang menonjol dari para juara Audisi Ramadan (muttaqin) antara lain sebagai berikut.
Pertama, memiliki rasa takut kepada Allah. Perasaan takut yang dimiliki muttaqin adalah sebuah perasaan yang mengindikasikan bahwa setiap gerak, langkah, i’tikad, dan ucapnya merasa dilihat oleh Allah (ihsan). Allah berfirman, “Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (Q.S. an-Nur[24]:52)
Kedua, dapat mengendalikan nafsu dan sahwatnya. Salah satu ciri muttaqin adalah menjadikan nafsu dan sahwat sebagai budaknya dan bukan sebaliknya. Setiap gerak, langkah, i’tikad, dan ucapnya terkendalikan dan senantiasa melahirkan kebaikan. Iman Al-Gazali dalam kitabya ihya ulứmiddin menjelaskan bahwa menundukan hawa nafsu merupakan cara untuk menundukan setan.
Ketiga, memiliki solidaritas yang tinggi terhadap sesama. Seorang muttaqin adalah mereka yang memiliki kepekaan terhadap penderitaan saudaranya sebagaimana firman Allah dalam Q.S.Ali Imran[3]133-134. Gerak, langkah, i’tikad, dan ucap muncul dengan sebauh paradigma bahwa semua sama dan semua saudara. Tangannya begitu ringan mengulur bantuan dan memberi yang berharga dan bermanfaat bagi saudaranya. Lisannya selalu terjaga dan hanya mengeluarkan kata pujian, sanjungan, dan nasihat dalam kebaikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: